August 27, 2022
Petani tomat di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani bisa lebih efisien dan efektif mengelola pertaniannya setelah pengairan yang dulunya menggunakan sistem penyiraman manual berganti dengan sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT(Internet of Things).
Perubahan pola ini mendapat dukungan dari mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA yang melakukan pemasangan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT di desa Pinggan berlokasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini.
“Pemasangan ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Pinggan agar mempercepat proses pengairan kebun hortikultura khususnya tomat di Desa Pinggan,” kata I Komang Restu Widi Artha, salah satu mahasiswa Undiksha yang merupakan ketua Program Pengkapasitasan Kemahasiswaan Ormawa (PPK Ormawa), Sabtu (27/8/2022).
Kegiatan yang dilakukan Komang Restu merupakan bagian dari Program Pengkapasitasan Kemahasiswaan Ormawa (PPK Ormawa), sebuah program yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek RI, yang bertujuan untuk meningkatkan softskill mahasiswa yang terhimpun oleh Ormawa (Organisasi Kemahasiswaan) dalam menemukan dan mengembangkan potensi desa untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan desa.
Komang Restu menjelaskan jika selama ini para petani di Desa Pinggan melakukan penyiraman tanaman hortikultura secara manual dengan tangan. Hal tersebut kurang efisien apalagi sumber air di Danau Batur letaknya tidaklah dekat. Karena itu, dengan adanya instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT ini, Komang Restu berharap petani tomat di Desa Pinggan dapat menyiram tanamannya secara otomatis.
“Dari awalnya menyiram secara manual dan airnya banyak yang tercecer, sehingga nanti dengan adanya instalasi ini air tersebut bisa langsung mencapai target yang sudah ditentukan,” ujar Komang Restu.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses pemasangan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT adalah perakitan sprinkle yang disambungkan ke tiang pipa yang nantinya bertujuan untuk memperluas jangkauan springkel saat dialiri air. Tinggi tiang pipa springkel yang di gunakan adalah 2 m dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan perakitan sprinkle, tim PPK Ormawa melakukan penginstalan sistem penyiraman tetes air dan sprinkle. Dalam proses penginstalannya dengan luas lahan 700 meter persegi di perlukan pipa panjang 1/2 dim sebanyak 45 buah, pipa 1 ½ dim 75 buah, dan pipa 2 dim sebanyak 10 buah, dengan jumlah sprinkle 85. Jangkauan yang dapat disentuh adalah sejauh 3,5 sampai 4 meter. Setelah terinstalasi, tim memasang IoT berbasis Arduino Uno pada sumber listrik terdekat yang nantinya mesin pompa air akan dipasangkan disana untuk diberikan sumber listrik. Tugas IoT ini adalah sebagai kontrol otomatis yang akan menghidupkan atau mematikan pompa air.
“Waktu dan lama penyiraman bisa kita setting sesuai dengan keinginan. Sebagai remotnya itu berupa aplikasi yang bisa diinstal melalui handphone, layaknya mengatur alarm. Jadi tidak susah lagi bagi petani menyiram secara manual, mereka tinggal diam di rumah dan setting waktu penyiraman.” Ujar Komang Restu.
Setelah mengadakan instalasi pada sistem penyiraman, tim PPK Ormawa HMJ Fisika dan Pengajaran IPA melanjutkan program dengan penanaman hortikultura berbasis polikultur dengan penambahan varian, instalasi mesin pengolahan produk hasil panen, instalasi reaktor biogas, hingga ke pemasaran produk olahan tomat pada e-commers.
“Harapan kami masyarakat Desa Pinggan mampu lebih produktif dalam memproses pertanian tomat dan menambah efisiensi tenaga dan air dalam proses pengairan tomat. Sehingga dalam pasca panen akan lebih cepat sehingga reproduksi tomat dan tanaman hortikultura yang lainnya akan terus berulang-ulang dan berlanjut sampai penjualan ke tingkat nasional ataupun internasional,” tambahan Komang Restu.
Sementara itu salah seorang petani tomat di Desa Pinggan, I Ketut Janji, mengatakan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT memberikan efisiensi waktu bagi dirinya dalam melakukan penyiraman tanaman. Jika secara manual menyiram menggunakan tangan, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk melakukan penyiraman di lahannya yang seluas 7 are. Sementara dengan pemasangan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT, ia mengaku hanya membutuhkan waktu selama 35 menit saja.
“Airnya juga lebih hemat, lebih efektif, dan tidak memakan waktu yang lama. Berkat instalasi penyiraman dengan sistem seperti ini membuat saya bisa memanfaatkan waktu untuk mengambil pekerjaan yang lain.” terang Janji.
Ia pun berharap dengan penggunaan instalasi sistem penyiraman tetes air dan sprinkle otomatis berbasis IoT, hasil panen yang didapatkannya juga akan lebih meningkat dibanding sebelumnya.